#30HariBercerita2023 7. Cinta Karena Dikasihani?

Joshua Dwi Prasetyo
2 min readMar 9, 2023

--

Pada suatu masa, pernah aku terpaut pada seseorang. Cukup lama, mungkin sekitar 2–3 tahun aku bertahan dengan perasaanku pada dia: berharap pada suatu harapan naif bahwa suatu saat akan tiba dia akan luluh dan akhirnya akan bersama hingga akhir.

I did think that she’s worth it. I did. Makanya, aku cukup keras kepala untuk tetap bertahan dengan perasaanku pada dia. Meskipun, pada waktu itu, dia juga hampir masuk ke dalam hubungan bersama orang lain, aku tetap tunggu. Aku tunggu.

Sempat aku menjauh, tetapi ternyata perasaanku belum selesai. Akibatnya, setelah sekian waktu pun aku kembali. Ya, masih dengan perasaan naif.

Hingga akhirnya: “Aku tidak tahu sih ini akan ke mana. Tetapi, mari kita coba. Kamu orang yang paling lama stuck sama aku soal perasaan.” Akan harapan yang tipis tersebut, aku tetap ambil.

Hingga akhirnya pun berakhir: “Maaf ya. Daripada dipaksakan, sementara hingga kini pun tidak ada apa-apa di aku.”

Buat apa akhirnya kita melompat ke dalam suatu hubungan yang di dalamnya hanya satu orang yang berusaha? Hanya satu orang yang berharap? Hanya satu orang yang punya perasaan?

Buat apa akhirnya aku cuma menghabiskan waktu untuk orang yang tidak mau menghabiskan waktu bersama kita? Pergi begitu saja?

“Jangan berpikir kamu itu kurang ataupun punya sesuatu yang salah.” Mana mungkin aku tidak berpikir seperti itu? Hanya orang yang terlalu narsis yang berpikir dirinya tidak punya salah, apalagi sejak ditinggal. Dan untuk awalnya, aku pun tidak punya kepercayaan diri awal yang cukup baik.

Jangan bicara juga soal usaha. Kita cenderung suka melebih-lebihkan dan menganggap diri sudah berusaha, sementara ternyata tidak terlihat sama sekali. Aku pun bisa jadi jatuh ke dalam kecenderungan yang demikian, tetapi aku tidak mau terjebak merasa diri sudah terlalu berusaha sehingga harus kamu hargai.

Sudah terperosok, kamu dorong pula aku.

Jangan bilang ambil hikmahnya saja. Itu ada saatnya. Perasaan ini tetap harus diolah.

Kurang lebih 5–6 bulan aku tidur lewat tengah malam. Tidak bisa tidur. Terbangun oleh adzan subuh. Aku tidur dalam keadaan marah, dan bangun dipeluk amarah.

Sampai akhirnya aku pun bisa menerima semuanya.

Mungkin kita sama-sama tidak tahu, hanya mencoba melakukan yang terbaik, menurut kita.

“Baguslah, dijauhkan dari yang bukan jodohnya”

Jangan pernah menerima cinta karena kasihan, teman-temanku, apalagi ketika kamu tidak punya perasaan kembali. Apa yang mau dikembalikan kecuali kesakitan?

Bandung Timur, 2023.

Menemukan Asa dalam Harapn.

--

--

Joshua Dwi Prasetyo

Penggugus kata, pengatur kalimat, dan pemerintah paragraf yang juga bergerak dalam aturan semesta.