#30HariBercerita2023 5. Privilege dan Kesia-siaan Kita Untuk Sombong

Joshua Dwi Prasetyo
2 min readJan 5, 2023

--

Semakin aku bertambah umur, semakin aku menyadari bahwa ternyata selama ini aku memiliki banyak privilege. Contohnya saja, Puji Tuhan, ternyata aku bisa belajar di masa-masa kuliah dengan tenang tanpa mesti mengalami sakit berat yang mengganggu proses kuliah. Puji Tuhan, ternyata aku bisa bekerja dengan tenang tanpa mengalami keadaan rumah yang semrawut, misalnya karena orang tua yang suka berkelahi (untungnya tidak). Mungkin itu hanya sedikit contoh dari sekian banyak privilege yang aku miliki.

Tulisan ini tidak bertujuan untuk menyoroti privilege yang aku punya atau semacamnya, tapi lebih pada pengingat bahwa aku tidak boleh take them for granted. Aku dulu (dan mungkin sekarang masih) tidak sadar akan hal-hal tersebut, sehingga menganggap bahwa diri inilah yang begitu hebat sehingga mampu melalui berbagai rintangan dan tantangan. Padahal, begitu banyak orang yang membantu aku, baik yang terlihat maupun di balik layar ataupun secara sadar maupun tidak sadar, sehingga memungkinkan aku melewati semuanya itu.

Aku punya waktu banyak untuk belajar karena ya aku tidak perlu melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan lainnya, misalnya mengambil kerja paruh waktu, yang tentu saja melelahkan dan menguras waktu juga. Aku tidak perlu terganggu dengan kabar-kabar yang tidak enak yang terjadi di rumah, karena keluargaku bukan tipikal keluarga yang… mungkin bisa dibilang macem-macem. Ternyata semua itu bisa terjadi karena orang lain di luar aku yang ikut “mendukung” aku, bukan karena aku saja atau bahkan BUKAN KARENA AKU.

Dengan demikian, apalah arti aku untuk sombong kalau ternyata memang tidak semua beroleh privilege yang sama, sehingga kalau dimisalkan lomba lari, titik mulai dan rintangan yang dihadapi pun berbeda? Apakah arti aku untuk sombong jika misalnya ternyata bukan usahaku sendiri saja yang memungkinkan hal ini terjadi, melainkan juga “usaha” orang-orang lain di sekitarku juga? Sia-sialah belaka jika aku sombong!

Dalam ranah kepercayaan dan imanku sebagai Orang Katolik, ternyata aku disadarkan dan diingatkan bahwa benar, bukan kuat dan gagahku ya Tuhan, tetapi roh-Mu yang memampukan aku (Bdk. Zakharia 4:6). Tuhan mewujud melalui orang-orang dan keadaan di sekitarku. Puji Tuhan, terima kasih ya Tuhan, amin!

Dalam pelukan malam, tanggal ke-5

Menemukan asa dalam harapan

--

--

Joshua Dwi Prasetyo

Penggugus kata, pengatur kalimat, dan pemerintah paragraf yang juga bergerak dalam aturan semesta.